Rabu, 26 September 2012

Protokol Pemeriksaan Ct-Scan

Protokol Pemeriksaan Ct-Scan

Disusun oleh : team ct-scan PKB PDSRI

1.     CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4 – 5 mm infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm
Lesi dimidline sebaiknya dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang kepala.
Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM, aneurysma.

2.     CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan 2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma)
F.O.V kecil (160-200) mulai dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.

3.   CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang

a.     kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang tinggi)
b.    kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses abnormalnya.

4.     CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum orbita.
Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).

5.     CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari choana sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx  F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.


Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial dimulai dari mandibula keatas.

Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah. Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah,  sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan akan memberi informasi baik.

6.     CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar dengan pita suara.
Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed scan)
F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.

7.     CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras, kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.

8.     CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior, mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor  sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.

9.     CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi)
Potongan axial prekontras/ polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus kontras diberikan  mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm.
Bila proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh proses terpotong.
Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum.
Permintaan khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal lung disease / emphysema.
Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan 2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu dibolus).

10.  CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal.
Prekontras: tebal potongan 10, index 10-15mm.
Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan.
Organ / kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ / kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ / kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm.
Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana system pelviocalycesnya terisi penuh.
Untuk kasus CA pancreas pakai kontras negatife (minum air saja).

11.  CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate.
Prekontras : tebal potongan 10mm.
Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung besar kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum.
Khusus untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus kontras.
Delayed scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas.
Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui teknik MPR.
                                                           
12.  CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut CT-Myelografi.
Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan discus, tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu.
Untuk penilaian canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal lurus dengan axis corpus.
Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan corpus vertebrae didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.


Teknik pemeriksaan discografy

PENGERTIAN
Discography adalah pemeriksaan radiografi dari diskus intervertebralis dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan kedalam pertengahan diskus dengan cara memasukkan jarum ganda untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan discography pertama kali diperkenalkan oleh seorang Radiolog asal Swedia yaitu K. Lindblom pada tahun 1948 dan dikembangkan oleh Doward dan Butt. Pemeriksaan ini digunakan untuk memperlihatkan herniasi discus atau degenerasi yang biasanya terjadi pada daerah lumbo-sacral dan terkadang terjadi di daerah cervical. Discography dapat dilakukan terpisah atau bersama-sama dengan myelography.

ANATOMI DAN FISIOLOGI
Discus adalah ruang persendian yang dibentuk antara dua vertebrae yang dikuatkan oleh ligamentum yang berjalan di depan dan di belakang corpus vertebrae sepanjang columna vertebralis. Discus pada masing-masing corpus berbentuk pendek silindris.

Banyak lamella vertikal pada daerah discus yang berbentuk spons, sehingga memungkinkan untuk menahan goncangan. Bagian luarnya dilingkupi tulang keras yang tipis. Discus terdiri dari :
1.Lingkaran fibrus cartilago, merupakan lapisan cartilago yang menutupi permukaan atas dan bawah dari setiap body vertebrae.
2.Annulus fibrosus, merupakan lapisan jaringan fibrus dan cartilago yang membentuk bantalan diantara lingkaran cartilago.
3.Nucleus pulposus ;yaitu pusat dari annulus fibrosus.



Gambar anatomi Discus. Gambar tersebut dibuat dengan potongan sagital. (1) Annulus Fibrosus, yang menjadi dasar lingkaran fibrosus. (2) Nucleus Pulposus, yang menjadi pusat dari discus dan merupakan target dari penyuntikan pada discography. (3) Ligamen Longitudinal Anterior. (4) Ligamen Longitudinal Posterior. (5) Canalis Vertebralis
Pada keadaan normal, discus berfungsi sebagai penahan goncangan dan memberikan keseimbangan pada columna vertebralis pada saat tubuh dalam keadaan tegak. Sendi yang terbentuk antara discus dan vertebrae adalah persendian dengan gerakan yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simphisis, yaitu sebuah persendian yang hanya dapat bergerak sedikit, tetapi jumlahnya yang banyak memberi kemungkinan membengkok kepada columna secara keseluruhan. Selama menjadi bagian yang tidak kaku dari columna vertebralis, maka discus ini akan memberikan flexibilitas dan mempunyai tekanan yang sama, tetapi jika dalam keadaan fleksi , ekstensi atau salah satu sisinya menahan beban maka salah satu sisi discus tersebut akan menambah tekanan sesuai dengan besar tekanan tersebut.

INDIKASI
•Ruptur Nukleus Pulposus
•Lesi internal discus, yang tidak dapat dilihat pada pemeriksaan myelografi.
•Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
•Penyempitan saluran spinal canal.

KONTRA INDIKASI
•Alergi terhadap bahan kontras.
•Pendarahan
•Multiple sclerosis

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Steril
•Needle dengan ukuran 20 dan 25
•Spuit 10 ml dan 2 ml
•Drawing-up canule
•Gallipot
•Kain kassa
•Kapas
•Media kontras yang digunakan 0,5 cc – 2 cc Angiografin atau Conray 280 atau garam meglumine dari iothalamate atau diatrizoate 0,5 cc – 2 cc.

Unsteril
•Pesawat sinar-x dan fluroskopi
•Kaset dan film
•Grid/lysolm
•Marker
•Gonad shield
•Apron
•Botol obat antiseptik hibitane 0,5 %
•Botol anastesi lokal lignocaine 1 %
•Ampul media kontras
•Jarum disposable
•Peralatan dan obat-obat emergensi

PERSIAPAN PASIEN
Jika pasien wanita, tanyakan apakah pasien hamil.

Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.

Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma.

Penandatanganan informed consent.

Melepaskan benda-benda logam pada daerah yang akan diperiksa.

Pasien puasa selama 5 jam sebelum pemeriksaan.

Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan.

Dibuat plain foto posisi AP dan lateral pada daerah yang akan diperiksa.

Premedikasi : diberikan obat sedatif, yaitu kombinasi dari 10 mg Drop ridol
& 0,15 mg phenoperidin (Park, 1973).

METODE PENYUNTIKKAN

Pada pemeriksaan discography, ada dua cara dalam penyuntikan media kontras yaitu :

1.Dengan 1 jarum (Standard Spinal Puncture Needle).

2.Dengan 2 jarum (The Double Needle Combination).
Double jarum terdiri dari :
•Jarum ukuran 20, yang akan digunakan untuk menyuntik spinal dan mencapai annulus fibrosus.
•Jarum ukuran 25 (lebih panjang dari jarum ke-1),yang akan digunakan sebagai jarum penunjuk untuk menembus celah sampai menemukan pusat dari nucleus pulposus.

Jarum yang digunakan untuk daerah cervical biasanya digunakan dengan panjang 2 - 2,5 inchi, sedangkan untuk daerah lumbal 3,5 - 5 inchi. Penyuntikan dilakukan di bawah kontrol fluoroskopi. Kombinasi dengan jarum double lebih baik daripada dengan satu jarum.

PROSEDUR PEMERIKSAAN
1.Pasien diposisikan lateral decubitus, dengan punggungnya dilengkungkan serta lutut difleksikan.Bantalan busa hendaknya ditempatkan di suatu tempat yang dianggap perlu agar tulang belakang itu menjadi paralel dengan meja pemeriksaan.



2.Daerah yang akan dipunksi diberikan antiseptik.
3.Kemudian dengan kontrol fluoroskopi, jarum dengan ukuran 20 ditusukkan diantara ruas spinosus dan langsung ketulang cincin dari discus yang akan diperiksa dan ujung jarum menembus annulus fibrosus.
4.Kemudian masukkan jarum kedua,ke dlm jarum ke satu (jarum kedua lbh pjg daripada jarum pertama),shg jarum tsbt terletak dlm nucleus pulposus.



5.Kemudian dilakukan penyuntikan kontras media.
6.Lalu dibuat proyeksi lateral dengan jarum tetap berada di dalamnya. Bila media kontras sudah cukup, jarum dicabut dan daerah penyuntikan ditutup.
7.Kemudian pasien diposisikan supine, paha difleksi secukupnya agar bagian belakang tubuh menempel meja pemeriksaan.
8.Kemudian dibuat posisi AP dengan 100 – 200 cranial
9.Jika dibutuhkan maka dibuat foto oblique.

KOMPLIKASI
•Rasa pegal pada daerah punksi
•Retro peritenal haemorahage
•Disc herniation

PERAWATAN PASIEN
•Bed rest selama 24 jam.
•Periksa tekanan darah dan pernapasan setiap 30 menit selama 4 jam pertama dan setiap 4 jam selama 24 jam.